Senin, 20 Maret 2017

Peran Teknologi Organik NASA Untuk Meningkatkan Produksi Pertanian



teknologi organik nasa pertanian Filofisofi pertanian organik menurut banyak kalangan adalah ”back to nature”, wacana yang mengemuka terhadap pemahaman filosofi tersebut bahwa budidaya pertanian organik dilakukan serba alami. Misalnya pemupukan menggunakan pupuk alami seperti pupuk kandang, pupuk hijau (tanaman polong-polongan) dan kompos. Pemanfaatan asam-asam organik, zat pengatur tumbuh (homon) organik. Pengendalian hama, penyakit tanaman dan gulma dilakukan secara biologis (rotasi tanaman, polikultur, agensia hayati), maupun fisik atau mekanis (perangkap hama).

Kendala Pemupukan Bahan Organik Dalam Pertanian Organik

Pemahaman ”back to nature” tersebut adalah benar, tetapi aplikasi dilapangan kenyataannya masih menghadapi banyak kendala, terutama dalam hal sistem pemupukan menggunakan bahan organik. Kendala yang muncul antara lain:
  • Penyediaan Pupuk Organik
    Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara (nutrisi), utamanya bagi pemenuhan unsur mikro. Dalam sistem pertanian organik, ketersediaan hara bagi tanaman harus berasal dari pupuk organik semisal pupuk kandang, pupuk kompos dll. Padahal dalam pupuk organik tersebut kenyataan menunjukkan kandungan hara (nutrisi) per satuan berat kering bahan jauh dibawah  hara yang dihasilkan oleh pupuk anorganik (kimia). Kebutuhan atau dosis ideal penggunaan pupuk kandang adalah 20 – 40 ton/ha. Dengan dosis ideal setinggi itu ketersediaan pupuk kandang, kompos, maupun pupuk hijau tidak mencukupi, Sehingga petani kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar tanaman (minimum crop requirement) akan pupuk kandang dengan dosis ideal tersebut.
Selain hal di atas juga dihadapkan pada tingginya biaya produksi (harga beli mahal, membutuhkan biaya transportasi dan tenaga kerja relatif tinggi) sehingga kurang praktis dan ekonomis.
  • Kualitas pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos bervariasi sehingga sulit bagi petani untuk bisa membuat kualitas yang sesuai standarifikasinya.
  • Berisiko mengandung bibit penyakit dan gulma, kompos yang berasal dari limbah industri dan rumah tangga sering mengandung logam berat dan bakteri coli yang berbahaya bagi kesehatan.
  • Menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh dan memanfaatkan sisa pertanaman dan limbah organik.

Strategi Pengembangan Pertanian Organik

Mempertimbangkan berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi dalam penerapan pertanian organik (identik dengan pupuk kandang atau kompos), ancaman penurunan produksi dan terus berkurangnya lahan-lahan produktif, serta tantangan dan tuntutan masa yang akan datang maka sudah saatnya kita harus menyempurnakan kembali pemaknaan ”bact to nature”, yaitu bahwa pertanian organik yang diterapkan harus tetap diimbangi dengan kekuatan teknologi disertai konsep strategi yang tepat.
Pertanian organik berteknologi harus tetap berprinsip tepat guna, praktis, menguntungkan secara ekonomi, mampu menjaga dan meningkatkan  produktivitas (aspek kuantitas dan kualitas), serta berkelanjutan menurut pertimbangan lingkungan (aspek kelestarian) dan harus didukung sistem distribusi pangan yang baik.
Dalam pertanian organik disamping komponen dan kesejarahan lahan, juga sistem budidaya tanaman (pola tanam, rotasi tanaman, perawatan, dll). Isu-isu yang sensitif dan sering diperdebatkan adalah menyangkut komponen yang mempengaruhi proses produksi pertanian itu sendiri, terutama komponen yang didalamnya terlibat campur tangan manusia (melibatkan industri agrokimia), antara lain pupuk kimia, pestisida kimia, Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) atau hormon tumbuh sintetis, dan bibit/benih transgenik. Berkaitan dengan hal tersebut, yang perlu dikaji bersama adalah :  
  • Pertanian organik belum dapat diterapkan secara murni, mengingat cukup banyak kendala yang dihadapi. Hal ini didukung fakta keilmuan dan kepentingan mendasar dalam mewujudkan ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan, antara lain prinsip serapan hara (nutrisi) oleh tanaman yang punya zat hijau daun (chlorophil daun) adalah dalam bentuk mineral tersedia (bentuk ion-ion), tidak peduli mineral tersebut dari bahan organik (kompos, pupuk kandang), bahan an-organik alami (batuan mineral sebagai bahan induk pembentukan tanah), maupun bahan an-organik buatan (pupuk kimia). Bahan organik akan mengalami dekomposisi terlebih dahulu menjadi hara mineral tersedia, sedangkan bahan an-organik akan mengalami mineralisasi terlebih dahulu menjadi hara mineral tersedia. Gardner, et.al.(1985) menyatakan “sama sekali dilupakan kenyataan bahwa hara atau nutrisi itu memasuki tumbuhan dalam bentuk ion-ion, tidak peduli apakah asal pupuk itu organik (pupuk kandang) ataupun anorganik (pupuk kimia). Filosofi kaku mengenai cara bertani/berkebun organik melupakan kenyataan bahwa tumbuhan tinggi itu autotrofik (dapat mensintesis semua penyusun pertumbuhan tubuh yang penting dari unsur-unsur dasar).”
  • Pertimbangan mendasar hingga saat ini, bahwa khusus untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur N, P, dan K bahan organik hanya mampu mensuplai maksimal 5% dari total kebutuhan tanaman jika ingin dicapai produksi yang tinggi. Oleh karena itu masih diperlukan suplai dari pupuk an-organik khususnya unsur N, P dan K. Pupuk an-organik buatan dalam proses pembuatannya (skala pabrikasi) melibatkan zat atau senyawa sintesis/kimia. Unsur hara utama N, P, dan K tetap sangat dibutuhkan tanaman untuk menopang produktivitas tanaman, tetapi zat atau senyawa sintesisnya-lah (filler) yang nyata-nyata berdampak pada penurunan kualitas kesuburan lahan pertanian. Dampak dari zat ataupun senyawa sintesis ini sebenarnya bisa diatasi dengan asam-asam organik (misal : humat, vulvat) yang berasal dari bahan/pupuk organik. Sehingga tidak bijaksana apabila secara langsung melarang penggunaan pupuk an-organik (kimia) pada sistem pemupukan. Solusi alternatif yang bisa diambil adalah bahwa penggunaan pupuk an-organik (kimia) harus selalu diimbangi dengan penggunaan bahan/pupuk organik (pemupukan berimbang). Sejalan dengan proses pembangunan kesuburan tanah menggunakan pupuk organik akan meningkatkan kesuburan biologi tanah, dan secara berangsur kebutuhan pupuk an-organik yang berkadar hara tinggi dapat dikurangi.
  • Perpaduan budidaya organik dan an-organik (kimia) disebut Integrated Plant Nutrition Sistem (IPNS). Sistem ini sudah mulai dikembangkan oleh FAO dan diterapkan di beberapa negara di kawasan Asia dan Pasifik. Integrated Plant Nutrition Sistem (IPNS), adalah sistem perpaduan pupuk organik dan pupuk an-organik, tetapi secara berangsur kebutuhan pupuk an-organik yang berkadar hara tinggi dapat dikurangi. Dalam IPNS penggunaan pupuk organik bertujuan jangka panjang untuk membangun suplai cadangan nutrisi dalam tanah yang baik dan mantap. Penggunaan pupuk an-organik bertujuan jangka pendek untuk memasok hara secara cepat sambil menunggu berfungsinya suplai cadangan nutrisi hara yang efektif secara berkelanjutan. Disamping itu penggunaan pupuk an-organik yang diimbangi dengan pupuk organik, maka degradasi/kerusakan lahan dapat diminimalisir bahkan teratasi.  
  • Dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman sesuai dengan sistem PHT (Pengelolaan Hama Terpadu). Dalam sistem PHT penggunaan pestisida kimia tidak dilarang, hanya dijadikan tahap pengendalian paling akhir jika terpaksa harus dilakukan (karena bagaimanapun juga petani harus panen, kecuali diterapkan jaminan kompensasi gagal panen). Tetapi penggunaan pestisida kimia pun harus tetap memperhatikan petunjuk aplikasi yang bijaksana. Sebelum tahap pengendalian menggunakan pestisida kimia, prosedur pengendalian harus melalui tahap : (1) Pengendalian dengan menggunakan varitas tahan; (2) Pengendalian dengan sistem budidaya yang benar (olah tanah, jarak tanam, pemupukan, sanitasi, dll); (3) Pengendalian secara fisik dan mekanis (perangkap hama); (4) Pengendalian secara hayati (agens hayati, pestisida nabati, dll).
    Keempat prosedur tersebut harus terlebih dahulu dilakukan, sebelum menggunakan pestisida kimia. Namun demikian tetap dihimbau agar kita sebisa mungkin cukup sampai tahap pengendalian hayati selama kerusakan belum mencapai ambang ekonomi, karena sesungguhnya alam sudah tercipta secara seimbang (rantai makanan), sehingga yang perlu dilakukan adalah menjaga keseimbangan ekosistem.  
  • Dalam penggunaan hormon tumbuh atau Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), sebaiknya gunakanlah ZPT organik. Penggunaan ZPT sintesis yang ‘tidak bijaksana’ juga bisa berpengaruh negatif pada tanaman itu sendiri, semisal umur produktif tanaman menjadi semakin pendek.  
  • Penggunaan bibit atau benih sebisa mungkin bukan bibit/benih hasil transgenik. Karena saat ini banyak pakar pertanian di dunia sangat mengkhawatirkan dampak jangka panjangnya. Dan saat ini pun, perdebatan seputar transgenik masih menjadi isu menarik bagi ilmuwan, potitikus hingga praktisi.  

Solusi Tekonologi PT. NATURAL NUSANTARA (NASA)

Meliputi pupuk dan hormon organik,  serta pengendali alami hama dan penyakit tanaman.
  • Produk pupuk organik dari PT. NATURAL NUSANTARA antara lain POC (Pupuk Organik Cair) NASA, (Pupuk Organik Cair) BINTANG TANI, POP (Pupuk Organik Padat) SUPERNASA dan SUPERNASA GRANUL, POP POWER NUTRITION, (Pupuk Organik Serbuk) GREENSTAR.
    Produk pupuk-pupuk organik PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) memenuhi tuntutan aspek K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian). Secara umum teknologi pupuk dari PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) disamping organik murni juga mampu menggantikan peran pupuk kandang dalam hal kelengkapan unsur hara, khususnya pemenuhan unsur hara mikro. Misalnya satu liter POC NASA setara dengan satu ton (1.000 kg)  pupuk kandang, khususnya dalam hal unsur hara mikronya.
    Secara kuantitas dan kontinuitas (keberlanjutan),  ketersedian bahan baku (material raw) Pupuk Organik NASA mampu mencukupi kebutuhan total luas lahan di seluruh Indonesia dalam jangka waktu sangat lama (16.000 tahun), hanya dengan menggunakan 30% saja deposit sumber bahan baku alami sehingga masih cukup banyak tersisa (70%) untuk kebutuhan dunia termasuk Brunei.
    Produk pupuk-pupuk organik PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) juga sudah diperkaya dengan kandungan hormon tumbuh tanaman alami, enzym, asam amino, dan asam-asam organik.
  • Produk Hormon Tumbuh Tanaman (Growt Hormone) organik
    Produk hormon tumbuh (ZPT) dari PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) adalah HORMONIK yang berfungsi memacu pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan tanaman sehingga mendapatkan hasil panen yang optimal.
    HORMONIK mengandung Zat pengatur Tumbuh Organik terutama IAA (Auksin, Giberelin dan Sitokinin) yang di formulasikan dari bahan-bahan alami, bisa untuk semua jenis tanaman juga tidak membahayakan bagi kesehatan manusia maupun binatang.
  • Produk Pengendali Alami Hama dan Penyakit Tanaman
Sumber Bahan Baku Nama Produk Sasaran Utama
 
Tanaman Berkhasiat
1. PESTONA

 2. PENTANA
 3. METILAT
Ulat, wereng, Penggerek batang,
walang sangit, dll
Hama kutu-kutuan, ulat
Perangkap Hama khususnya serangga
Mikroorganisme :
  1. Jamur
–    Gliocladium Sp. dan Trichoderma sp.

–    Beveria bassiana Sp.
 
Glio


BVR
 
Layu (fusarium, sp) Rebah semai atau
(Phytium Sp), dll.
Walang sangit,
kutu-kutuan, wereng dll
Jika terpaksa harus dilakukan pengendalian menggunakan pestisida kimia maka untuk mengurangi jumlah pestisida kimia yang digunakan dengan tidak menurunkan tingkat efektifitasnya maka perlu dicampur perekat, perata dan pembasah. Berkaitan dengan hal itu PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) memberikan solusi produk organik perekat, perata dan pembasah AERO810.
ini adalah beberapa hal yang kami sampaikan tentang peran teknologi organik NASA untuk meningkatkan produksi dan kualitas pertanian secara BERKELANJUTAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan untuk dibagikan kepada teman, saudara dan tetangga anda yang membutuhkan informasi dari kami